Rabu, 20 Februari 2013

Hati Yang Pilu


Hatiku menagis, menjerit pilu, mendengar ucapanmu yang begitu menusuk hati. Membuatnya tercabik-cabik menjadi serpihan kecil hati yang pilu.
      Apakah kau tak menyadari itu !! tak hanya aku yang merasakan, orang lainpun merasakannya.
      Kau seolah penguasa tertinggi, padahal kau tak lain dan tak bukan hanyalah manusia biasa sepertiku. Yang jabatannya hanya sejengkal lebih tinggi dari aku. Hanya sejengkal saja.
      Kau seolah mengetahui seluk beluk semua permasalahan ini. Padahal itu semua salah. Kau tak mengetahui apa yang terjadi dahulu dan dahulu.
      Dan kau mengutarakan itu. Berharap semua ucapanmu itu dikerjakan. Dan harus dilakukan. Semua orangpun tak suka denganmu.
      Jika kau memerintahkanku untuk pergi dari hadapanmu, aku siap dan aku bersedia. Malah itu yang aku inginkan. Tapi tak mungkin atasan mau melakukannya.
      Sesungguhnya aku ingin pergi dari area ini. Area yang tlah membuatku menderita. Aku, diriku, jiwaku, hatiku, semuanya. Aku tak tahan harus berada di sini. Walau hanya untuk sedetik saja.
      Semua tlah berubah. Masa-masa indah yang dulu pernah ada, kini semua itu tlah musnah. Dimakan bara keegoisan, kesombongan, kenakalan, dan perceraian diantara kita.
      Jika semua itu tak terjadi, mungkin kenangan-kenangan indah itu takkan pernah musnah. Dan akan selalu menjadi bagian dari hidupku. Itu hanya angan-angan yang sulit dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar